Perut yang keroncongan mulai mengusik ketenangan saya. Mentor saya menyarankan puasa sebagai satu cara untuk fokus kepada Allah. Namun, seiring berjalannya waktu, saya pun bertanya-tanya: Bagaimana bisa Yesus melakukan ini selama empat puluh hari? Saya bergumul untuk mengandalkan Roh Kudus agar merasa damai, kuat, dan sabar. Terutama sabar.
Jika kita mampu secara fisik, puasa dapat mengajari kita pentingnya makanan rohani. Yesus sendiri mengatakan, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4). Namun, seperti yang telah saya alami, berpuasa itu sendiri tidak serta-merta membuat kita lebih dekat dengan Allah!
Bahkan, Allah melalui Nabi Zakharia pernah mengatakan kepada umat-Nya bahwa puasa mereka sia-sia karena tidak membuat mereka lebih peduli terhadap kaum miskin. “Adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?” tanya Allah dengan tajam (Zak. 7:5).
Pertanyaan Allah mengungkapkan bahwa masalah utamanya bukanlah perut mereka, melainkan hati mereka yang dingin. Dengan terus melayani diri sendiri, mereka gagal mengenal hati Allah. Jadi Dia mendesak mereka, “Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing! Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin” (ay.9-10).
Tujuan kita dalam disiplin rohani apa pun adalah supaya kita lebih dekat kepada Yesus. Saat kita bertumbuh semakin menyerupai Dia, kita juga akan mengasihi hal-hal yang Dia kasihi. —Tim Gustafson
WAWASAN
Keterangan waktu dalam kitab Zakharia (1:1, 7; 7:1) menunjukkan bahwa Zakharia hidup dalam zaman pemerintahan Darius, raja Persia yang memerintah dari tahun 522–486 SM. Periode waktu ini dalam sejarah Israel terjadi setelah 70 tahun masa pembuangan di Babel (7:5). Pesan untuk mengutamakan kesetiaan kepada Allah melebihi puasa (salah satu bentuk ibadah) juga telah diajarkan berabad-abad sebelumnya oleh nabi Yesaya. Dengan perkataan serupa, Yesaya menyerukan kepada umat Allah agar menghormati Tuhan dengan tidak menelantarkan orang-orang yang kekurangan: “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk” (Yesaya 58:6). —Arthur Jackson
Keterangan waktu dalam kitab Zakharia (1:1, 7; 7:1) menunjukkan bahwa Zakharia hidup dalam zaman pemerintahan Darius, raja Persia yang memerintah dari tahun 522–486 SM. Periode waktu ini dalam sejarah Israel terjadi setelah 70 tahun masa pembuangan di Babel (7:5). Pesan untuk mengutamakan kesetiaan kepada Allah melebihi puasa (salah satu bentuk ibadah) juga telah diajarkan berabad-abad sebelumnya oleh nabi Yesaya. Dengan perkataan serupa, Yesaya menyerukan kepada umat Allah agar menghormati Tuhan dengan tidak menelantarkan orang-orang yang kekurangan: “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk” (Yesaya 58:6). —Arthur Jackson
Bagaimana Allah dapat menggunakan disiplin rohani
sebagai alat untuk menghancurkan tanah berbatu di dalam hati kita? Apa
yang telah menolong Anda semakin dekat dengan Yesus belakangan ini?
Tuhan, aku cenderung mencari kesenangan diri
dan penerimaan dari orang lain. Tolonglah agar hidupku menyenangkan-Mu
dan melayani sesamaku.
No comments:
Post a Comment