Hanya dalam waktu 6 bulan, hidup Gerald berantakan. Krisis ekonomi membuat bisnisnya bangkrut dan merenggut hartanya, lalu kecelakaan tragis merenggut nyawa anak lelakinya. Karena sangat terguncang, ibunya terkena serangan jantung dan meninggal, istrinya menjadi depresi, dan kedua putrinya begitu sedih hingga menolak untuk dihibur. Yang bisa ia lakukan hanyalah menggemakan seruan pemazmur, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”(Mzm. 22:2).
Satu-satunya yang membuat Gerald terus bertahan adalah pengharapan bahwa Allah, yang membangkitkan Yesus dari kematian, pasti akan membebaskan dirinya dan keluarganya dari penderitaan menuju kehidupan kekal yang penuh kebahagiaan. Ia berharap Allah akan menjawab seruannya minta tolong. Dalam keputusasaan, seperti pemazmur Daud, ia menetapkan hati untuk percaya kepada Allah di tengah segala penderitaannya. Ia berpegang pada pengharapan bahwa Allah akan membebaskan dan menyelamatkannya (ay.5-6).
Pengharapan itu menopang Gerald. Selama bertahun-tahun, setiap kali ditanya keadaannya, ia berkata, “Aku masih percaya kepada Allah.”
Allah menghargai iman Gerald, dengan memberinya penghiburan, kekuatan, dan keberanian untuk tetap melangkah dari tahun ke tahun. Keluarganya perlahan-lahan pulih dari krisis, dan tidak lama kemudian Gerald menyambut kelahiran cucu pertamanya. Seruannya sekarang adalah kesaksian atas kesetiaan Allah. “Aku tidak lagi bertanya, ‘Mengapa Engkau meninggalkan aku?’ Tuhan sudah memberkati aku.”
Saat tidak ada lagi yang tersisa, pengharapan tetap ada. —Leslie Koh
WAWASAN
Mazmur 22 adalah ratapan berisi curahan hati Daud kepada Allah di tengah kesedihan dan pergumulan yang hebat. Namun, dalam derita itu, perkataan Daud menubuatkan pergumulan ilahi yang dialami Yesus di kayu salib. Kristus mengucapkan perkataan dari Mazmur 22 selama penderitaan-Nya (Matius 27:46; Markus 15:34). Namun, itu baru permulaan dari nubuatan mazmur ini tentang salib. Ejekan yang Daud alami (Mazmur 22:8) mewakili cemooh yang dilontarkan kepada Yesus (Matius 27:39-44). Daud menulis kiasan tentang tusukan (Mazmur 22:17) yang Yesus alami dalam bentuk nyata lewat paku penyaliban (Lukas 24:39-40). Kesedihan karena pakaian Daud diperebutkan lewat undi oleh para penindasnya (Mazmur 22:19) terulang ketika prajurit di bawah salib membuang undi untuk jubah Yesus yang berupa selembar kain utuh (Matius 27:35). Roh Kudus memakai sajak dari mazmur Perjanjian Lama untuk menyiapkan jalan bagi peristiwa penyaliban Kristus. —Bill Crowder
Mazmur 22 adalah ratapan berisi curahan hati Daud kepada Allah di tengah kesedihan dan pergumulan yang hebat. Namun, dalam derita itu, perkataan Daud menubuatkan pergumulan ilahi yang dialami Yesus di kayu salib. Kristus mengucapkan perkataan dari Mazmur 22 selama penderitaan-Nya (Matius 27:46; Markus 15:34). Namun, itu baru permulaan dari nubuatan mazmur ini tentang salib. Ejekan yang Daud alami (Mazmur 22:8) mewakili cemooh yang dilontarkan kepada Yesus (Matius 27:39-44). Daud menulis kiasan tentang tusukan (Mazmur 22:17) yang Yesus alami dalam bentuk nyata lewat paku penyaliban (Lukas 24:39-40). Kesedihan karena pakaian Daud diperebutkan lewat undi oleh para penindasnya (Mazmur 22:19) terulang ketika prajurit di bawah salib membuang undi untuk jubah Yesus yang berupa selembar kain utuh (Matius 27:35). Roh Kudus memakai sajak dari mazmur Perjanjian Lama untuk menyiapkan jalan bagi peristiwa penyaliban Kristus. —Bill Crowder
Apa yang akan membantu Anda mengingat dan
berpegang pada pengharapan akan pembebasan yang pasti dari Allah?
Bagaimana kepercayaan kepada Allah membuat Anda terus bertahan dalam
kesulitan?
Tuhan, saat aku merasa ditinggalkan, aku
berpegang pada pengharapan yang Engkau berikan melalui kebangkitan
Kristus, yaitu bahwa suatu saat nanti aku akan dibebaskan untuk
mengalami sukacita yang abadi.
No comments:
Post a Comment