E-mail dari seorang teman tiba di penghujung hari yang melelahkan. Saya belum sempat membacanya karena saya sedang bekerja sampai larut malam untuk merawat anggota keluarga yang sakit parah. Saya benar-benar tak punya waktu untuk hal lain.
Namun, keesokan harinya, saya membuka e-mail itu dan membaca pertanyaan teman saya: “Apa yang kamu ingin kulakukan untukmu?” Karena merasa malu, saya ingin menjawab tidak ada. Kemudian saya menghela napas dan menenangkan diri. Saya merasa pertanyaannya itu tidak asing.
Benar saja! Yesus pernah mengajukan pertanyaan seperti itu saat Dia mendengar seorang pengemis buta berseru kepada-Nya di jalanan Yerikho. Yesus berhenti dan mengajukan pertanyaan serupa kepada Bartimeus, pengemis itu. Yesus bertanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” (Mrk. 10:51).
Suatu pertanyaan yang menakjubkan, karena itu menunjukkan bahwa Yesus, Sang Penyembuh, rindu menolong kita. Namun sebelumnya, kita diundang untuk mengakui bahwa kita membutuhkan-Nya dan kemudian merendahkan diri kita. Bartimeus si pengemis memang berkebutuhan—miskin, sendirian, mungkin kelaparan, dan dikucilkan. Namun, karena menginginkan kehidupan yang baru, ia pun menyatakan kebutuhannya yang paling mendasar, “Rabuni, supaya aku dapat melihat.”
Bagi orang buta, itu adalah permohonan yang jujur. Yesus segera menyembuhkannya. Teman saya juga ingin saya jujur kepadanya. Jadi saya berjanji kepadanya untuk berdoa agar saya tahu kebutuhan saya yang paling mendasar dan, yang lebih penting, saya rela menceritakan kebutuhan saya kepadanya. Apa kebutuhan kamu yang paling mendasar saat ini? Bila ada seorang teman yang bertanya, katakanlah kepadanya. Lalu nyatakanlah permohonanmu itu kepada Allah. —Patricia Raybon
Tuhan, aku memerlukan-Mu. Aku ingin menceritakan
isi hatiku kepada-Mu saat ini. Tolonglah agar hatiku juga rela menerima
pertolongan dari sesamaku.
Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. —1 Petrus 5:5
No comments:
Post a Comment