Sering kita mendengar bahwa kebahagiaan akan kita alami ketika kita melakukan segala sesuatu dengan cara kita sendiri. Namun, itu tidak benar. Pandangan seperti itu hanya membawa kita pada rasa hampa, kegelisahan, dan kekecewaan.
Penyair W. H. Auden mengamati orang-orang yang berusaha mencari pelarian dalam kesenangan. Ia menulis tentang mereka: “Tersesat di hutan lebat / Bagai anak-anak yang takut malam / Tak pernah merasa senang atau tenang.”
Daud pernah menulis mazmur tentang mengobati ketakutan dan ketidakbahagiaan kita. “Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku” (Mzm. 34:5). Kebahagiaan dialami ketika kita melakukan segala sesuatu dengan cara Allah, dan kebenaran dari fakta tersebut dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Daud menulis bahwa muka orang yang memandang kepada Allah akan berseri-seri (ay.6). Cobalah dan kamu akan melihat hasilnya. Itulah yang dimaksudkan Daud saat berkata, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!” (ay.9).
Kita berkata, “Aku baru mau percaya setelah aku melihatnya.” Begitulah cara kita mengetahui segala sesuatu di dunia ini. Buktikan dahulu, maka saya akan percaya. Allah mengatakan yang sebaliknya. Percaya dahulu, baru melihat. “Kecaplah, lalu kamu akan melihat.”
Percayalah pada firman Tuhan. Lakukan apa yang dikehendaki Allah untuk kamu lakukan dan kamu akan melihat. Dia akan memberimu anugerah untuk melakukan hal yang benar, bahkan lebih lagi: Dia memberikan diri-Nya sendiri—satu-satunya sumber kebaikan—dan kebahagiaan abadi yang dibawa-Nya bagi kita. —David H. Roper
Tuhan, terkadang kami hanya perlu berdoa: “Aku
percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini.” Tolonglah kami untuk
mempercayai-Mu dengan melakukan apa yang telah Engkau percayakan untuk
kami kerjakan hari ini.
Kita berbahagia ketika kita melakukan hal yang benar.
No comments:
Post a Comment