Seperti kebanyakan orang, saya merasa tidak cukup berolahraga. Agar saya termotivasi untuk bergerak, saya membeli pedometer, sebuah perangkat yang dapat menghitung jumlah langkah kaki saya. Perangkat itu begitu sederhana, tetapi sanggup mempengaruhi motivasi saya. Alih-alih menggerutu, saya melihat setiap pergerakan saya sebagai kesempatan untuk menambah jumlah langkah kaki saya. Tugas-tugas sepele, seperti mengambilkan minum untuk anak, menjadi kesempatan bagi saya untuk mencapai target yang lebih besar. Bisa dikatakan bahwa pedometer telah mengubah perspektif sekaligus motivasi saya. Sekarang, manakala memungkinkan, saya selalu mencoba berjalan kaki lebih banyak dari biasanya.
Saya pun berpikir, mungkinkah kehidupan iman kita juga seperti itu. Ada banyak kesempatan untuk mengasihi, melayani, dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita setiap hari, seperti nasihat Paulus dalam Kolose 4:5. Namun, apakah saya selalu menyadari momen-momen itu? Apakah saya menggunakan kesempatan yang ada untuk menguatkan orang lain dalam interaksi sehari-hari yang kelihatannya remeh? Allah sanggup bekerja dalam hidup setiap orang yang berhubungan dengan saya, mulai dari keluarga, rekan-rekan kerja, hingga kasir di tempat saya berbelanja. Setiap interaksi itu menjadi kesempatan bagi saya untuk memperhatikan karya Allah—meskipun hal itu kelihatannya “sepele”, seperti menanyakan kabar seorang pelayan yang melayani kita di restoran.
Siapa tahu, ketika kita peka dan menyadari kesempatan-kesempatan yang dibukakan Allah kepada kita, Dia akan bekerja di dalam momen-momen tersebut. —Adam Holz
Tuhan, ada begitu banyak kesempatan untuk
mengasihi, mendengarkan, dan melayani orang-orang di sekeliling kami
setiap hari. Tolonglah kami agar lebih peka melihat kebutuhan mereka.
Pakailah setiap kesempatan yang ada untuk melayani seseorang.
No comments:
Post a Comment