Saya semakin mendekati fase baru dalam hidup saya. Saya mulai merasakan berbagai kesulitan yang menyertai usia senja, tetapi syukurlah, saya masih dapat mengatasinya. Meskipun tahun demi tahun berlalu dengan begitu cepat dan adakalanya saya ingin memperlambat waktu, saya masih memiliki sukacita yang terus menopang saya. Setiap hari adalah hari baru yang diberikan Tuhan untuk saya. Bersama pemazmur, saya dapat mengatakan, “Sungguh baiklah bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan memuji Engkau, Allah Yang Mahatinggi; mewartakan kasih-Mu di waktu pagi, dan kesetiaan-Mu di waktu malam” (Mzm. 92:2-3 bis).
Meskipun saya menghadapi beragam pergumulan dan penderitaan, serta kesulitan yang dialami orang lain terkadang juga membuat saya kewalahan, Allah memampukan saya ikut bersama pemazmur untuk menyatakan, “Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya Tuhan, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai” (ay.5). Saya bersukacita karena semua berkat yang telah diberikan Allah: keluarga, teman-teman, dan pekerjaan yang memuaskan. Saya bersukacita karena ciptaan Allah yang menakjubkan dan firman-Nya yang kudus. Saya bersukacita karena Tuhan Yesus begitu mengasihi kita hingga Dia rela mati demi dosa-dosa kita. Dan saya bersukacita karena Allah memberi kita Roh Kudus, sumber sukacita sejati (Rm. 15:13). Karena Tuhan, orang-orang yang percaya kepada-Nya dapat “bertunas seperti pohon kurma . . . yang masih berbuah di masa tua” (Mzm. 92:13,15 bis).
Buah apakah yang dimaksud? Apa pun situasi atau fase hidup yang sedang kita jalani, kita dapat menjadi teladan dari kasih-Nya lewat cara hidup dan perkataan kita. Ada sukacita dari mengenal dan menjalani hidup bagi Tuhan dan menceritakan kabar baik tentang Dia kepada orang lain. —Alyson Kieda
Ya Tuhan, terima kasih atas sukacita yang kami miliki melalui kehadiran Roh Kudus.
Allah adalah sumber sukacita.
No comments:
Post a Comment