Ketika seorang teman mengkhianati saya, saya tahu bahwa saya harus mengampuninya, tetapi saya tak yakin dapat melakukannya. Kata-katanya begitu dalam menusuk hati sehingga saya pun tersentak dalam kepedihan dan kemarahan. Meski kami telah membicarakan masalah itu dan saya berkata kepadanya bahwa saya telah mengampuninya, tetapi untuk beberapa waktu lamanya, saya masih merasakan sakit hati setiap kali melihatnya. Saya pun menyadari bahwa masih ada kebencian yang melekat pada diri saya. Namun suatu hari, Allah menjawab doa-doa saya dan memberi saya kesanggupan untuk mengampuni teman saya itu sepenuhnya. Saya akhirnya terlepas dari kebencian.
Pengampunan menjadi inti dari iman Kristen, dan Juruselamat kita memberikan pengampunan bahkan menjelang kematian-Nya di kayu salib. Yesus mengasihi orang-orang yang telah memakukan-Nya di kayu salib dan memohon agar Bapa-Nya mengampuni mereka. Tuhan Yesus tidak memendam kepahitan atau kemarahan, melainkan menunjukkan anugerah dan kasih-Nya kepada mereka yang telah menyakiti-Nya.
Inilah waktu yang tepat untuk memikirkan di hadapan Tuhan siapa saja yang mungkin membutuhkan pengampunan kita. Kita ingin meneladan Yesus dengan meneruskan kasih-Nya kepada orang-orang yang telah menyakiti kita. Ketika kita memohon agar Allah memampukan kita mengampuni dengan kuasa Roh-Nya, Dia akan menolong kita— sekalipun mungkin perlu waktu lama hingga kita rela mengampuni. Ketika kita melakukannya, kita pun terlepas dari sikap tidak mau mengampuni yang selama ini membelenggu kita. —Amy Boucher Pye
Tuhan Yesus Kristus, dengan anugerah dan kuasa-Mu
yang ada di dalamku, tolonglah aku untuk mengampuni dan kasih-Mu
melepaskanku dari kebencian.
Bahkan dari atas kayu salib, Yesus rela mengampuni mereka yang telah menyakiti-Nya.
No comments:
Post a Comment