Ketika saya duduk di aula gereja, posisi saya memang menghadap ke arah pendeta dengan mata yang terpaku padanya. Postur tubuh saya menunjukkan bahwa saya menghayati semua perkataannya. Tiba-tiba saya mendengar semua orang tertawa dan bertepuk tangan. Dengan heran saya memperhatikan sekeliling saya. Rupanya pendeta itu baru saja mengucapkan sesuatu yang lucu, tetapi saya tidak tahu apa yang telah diucapkannya. Kelihatannya saya seperti mendengarkan sungguh-sungguh khotbah itu, tetapi pada kenyataannya pikiran saya sedang mengembara.
Kita bisa saja mendengarkan apa yang sedang dibicarakan tetapi gagal menyimak, memandang tetapi gagal melihat, hadir tetapi tidak memperhatikan. Dalam kondisi seperti itu, kita bisa melewatkan pesan-pesan penting yang seharusnya kita terima.
Ketika Ezra membacakan kitab Taurat kepada kaum Yehuda, “Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu” (Neh. 8:4). Perhatian mereka atas penjelasan dari kitab itu menghasilkan pengertian (Neh. 8:9), sehingga timbul pertobatan dan kebangunan rohani. Dalam peristiwa lain, setelah terjadi penganiayaan terhadap jemaat di Yerusalem (Kis. 8:1), Filipus menjangkau orang-orang Samaria. Mereka tidak hanya melihat tanda-tanda ajaib yang dilakukan Filipus, tetapi juga “dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu” (Kis. 8:6). “Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu” (ay.8).
Pikiran kita dapat mengembara dan melewatkan banyak berkat yang sebenarnya ada di sekitar kita. Tiada yang lebih layak mendapatkan perhatian penuh kita daripada firman yang menolong kita menemukan sukacita dan keajaiban dari Bapa kita di surga. —Lawrence Darmani
Tuhan, pikiran kami mudah teralihkan. Tolonglah
agar kami dapat memusatkan perhatian, terutama saat mendengarkan
pengajaran dari firman-Mu.
Menerima firman Tuhan membutuhkan dua aspek: pikiran yang penuh perhatian dan kemauan yang sungguh. —William Ames
No comments:
Post a Comment