“Adakah pakaianmu yang bisa saya bantu cuci?” tanya saya pada seorang tamu yang menginap di rumah kami di London. Wajahnya terlihat senang, lalu ia berkata kepada putrinya yang sedang lewat, “Cepat, ambil pakaian kotormu—Amy akan mencucinya untuk kita!” Saya tersenyum, sambil menyadari bahwa tawaran mencuci beberapa helai pakaian tadi berubah menjadi mencuci setumpuk pakaian.
Beberapa saat kemudian, ketika sedang menjemur pakaian-pakaian itu, saya teringat bacaan Alkitab pagi itu: “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Flp. 2:3). Saya sedang membaca surat Paulus kepada jemaat di Filipi, dan di sana ia menasihati mereka untuk menjalani hidup sesuai panggilan Kristus dengan melayani dan menjadi satu. Paulus ingin agar mereka sehati sepikir meskipun mereka sedang mengalami penganiayaan. Ia tahu bahwa kesatuan yang muncul dari persekutuan mereka dengan Kristus yang tercermin lewat sikap saling melayani akan memampukan mereka bertahan dalam iman.
Kita bisa saja mengaku mengasihi sesama tanpa bermaksud untuk mementingkan atau meninggikan diri sendiri, tetapi keadaan hati kita yang sesungguhnya hanya bisa diketahui orang ketika kita membuktikan kasih kita lewat perbuatan nyata. Meski saya tergoda untuk mengeluh, saya tahu bahwa sebagai pengikut Kristus, saya dipanggil untuk mengasihi teman-teman saya dengan hati tulus dan tindakan nyata.
Kiranya kita selalu berusaha untuk dapat melayani keluarga, teman dan sesama kita demi kemuliaan Allah. —Amy Boucher Pye
Baca Lukas 22:22-27 dan pikirkan bagaimana kamu
dapat meneladani Yesus Sang Hamba, terutama dengan memperhatikan
perkataan-Nya, “Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”
Kesatuan dapat timbul dari kerelaan melayani satu sama lain.
No comments:
Post a Comment