Sewaktu teman saya, Elaine, telah sembuh dari kecelakaan yang dialaminya, seorang perawat menyematkan gelang kuning di pergelangan tangannya. Di situ tertulis: Berisiko Jatuh. Frasa itu berarti: Jagalah orang ini dengan cermat. Mungkin kakinya belum stabil. Berikan bantuan kepadanya untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
1 Korintus 10 memberikan peringatan kepada umat Tuhan yang menyatakan “Berisiko Jatuh”. Setelah melihat kembali pengalaman pendahulunya, Paulus menyadari potensi manusia untuk jatuh dalam dosa. Bangsa Israel kuno sering bersungut-sungut, menyembah berhala, dan menjalin hubungan yang amoral. Allah pun tidak berkenan kepada mereka dan mengizinkan mereka menerima konsekuensi atas dosa-dosa mereka. Namun, Paulus mengatakan, “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita. . . . Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (ay.11-12).
Kita mudah menipu diri sendiri dengan meyakini bahwa kita telah berhenti melakukan dosa tertentu. Bahkan setelah kita bergumul dengan mengakui masalah kita, bertobat, dan bertekad untuk kembali mengikuti jalan Allah, pencobaan masih mungkin terjadi. Allah memampukan kita untuk tidak kembali jatuh pada pola-pola yang sama. Dia melakukannya dengan menyediakan jalan keluar dari perbuatan dosa yang kita hendak lakukan. Kita hanya perlu mengikuti jalan keluar yang sudah disediakan-Nya itu. —Jennifer Benson Schuldt
Tuhan, celikkan mataku untuk melihat jalan keluar
yang Engkau berikan ketika aku dicobai. Berilah aku kekuatan untuk
menerima pertolongan-Mu supaya aku dapat tetap setia kepada-Mu. Aku tahu
itulah kerinduan-Mu bagiku, karena itu aku bersyukur atas karya-Mu
dalam hidupku.
Berkat besar sering diikuti oleh pencobaan besar.
No comments:
Post a Comment