Ketika Tim, seorang mandor konstruksi jalan, tewas dalam suatu kecelakaan, banyak orang yang merasa kehilangan. Keluarga, anak buah, dan lingkungannya telah kehilangan pribadi yang selama ini sangat mengasihi mereka. Gereja kecil tempatnya beribadah tak cukup menampung warga yang ingin mengungkapkan dukacita mereka sehingga panitia memindahkan kebaktian ke tempat yang jauh lebih besar. Sanak saudara dan sahabat yang memenuhi auditorium itu mengirimkan pesan yang sangat jelas: Tim telah menyentuh banyak jiwa secara khusus melalui hidupnya. Banyak orang yang akan merindukan kebaikan, sikap humoris, dan semangat Tim dalam menjalani hidup.
Sepulang dari pemakaman, saya teringat pada kehidupan Raja Yoram. Alangkah jauh berbedanya dari kehidupan Tim! Kekuasaannya yang mengerikan dan singkat tercatat di 2 Tawarikh 21. Untuk memperkuat kekuasaannya, Yoram membunuh semua saudaranya dan para pemimpin lain (ay.4). Ia kemudian menyesatkan Yehuda untuk menyembah berhala. Alkitab memberi tahu kita, “Ia meninggal dengan tidak dicintai orang” (ay.20). Yoram berpikir bahwa kekuasaannya akan langgeng dengan tangan besi. Memang benar. Ia selamanya diingat dalam Alkitab sebagai pemimpin yang keji dan egois.
Meski Yesus juga adalah raja, Dia datang ke dunia sebagai hamba. Ketika Dia berbuat baik dalam pelayanan-Nya, Dia dibenci oleh orang-orang yang haus kekuasaan. Akhirnya, Sang Raja sekaligus Hamba itu pun menyerahkan nyawa-Nya.
Teladan Yesus terus langgeng hingga kini, dalam diri orang-orang yang mengerti bahwa hidup dijalani bukanlah hanya untuk diri mereka sendiri, melainkan dijalani demi Yesus. Dia rindu merangkul dan mengampuni setiap orang yang berpaling kepada-Nya. —Tim Gustafson
Tuhan, baik melalui kematian maupun kehidupan-Mu,
Engkau melayani sesama. Tolonglah kami untuk melayani sesama dengan
hidup kami lewat hal-hal sederhana yang kami kerjakan hari ini.
Hidup yang dijalani bagi Allah akan meninggalkan warisan yang kekal.
No comments:
Post a Comment