Pada tahun 2014, seorang peneliti dari Universitas California memakai boneka anjing untuk menunjukkan bahwa binatang bisa merasa cemburu. Sang dosen, Christine Harris, meminta pemilik anjing untuk menunjukkan perhatian pada sebuah boneka anjing di depan anjing peliharaan mereka. Ia mendapati bahwa 75 persen anjing peliharaan itu jelas terlihat cemburu. Beberapa anjing berusaha mencari perhatian dengan menyentuh atau menyenggol pemiliknya. Yang lain berusaha menyela di antara pemiliknya dengan boneka itu. Ada juga anjing yang bereaksi keras dengan menyambar boneka yang dianggap sebagai saingannya itu.
Rasa cemburu pada anjing tampak menggemaskan. Rasa cemburu pada manusia dapat menjerumuskan seseorang pada perbuatan yang kurang terpuji. Namun, seperti yang diingatkan oleh Musa dan Paulus, ada bentuk kecemburuan lain yang secara indah menggambarkan isi hati Allah.
Saat menulis kepada jemaat di Korintus, Paulus berkata, “Aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi” (2Kor. 11:2). Ia tidak ingin mereka “disesatkan dari kesetiaan [mereka] yang sejati kepada Kristus” (ay.3). Kecemburuan semacam itu mencerminkan isi hati Allah, ketika Dia menyatakan kepada Musa lewat Sepuluh Perintah-Nya, “Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu” (Kel. 20:5).
Kecemburuan Allah tidaklah seperti perasaan cinta kita yang berpusat kepada diri sendiri. Isi hati Allah mengungkapkan kerinduan-Nya yang besar untuk melindungi umat yang telah diciptakan dan diselamatkan-Nya. Dia menjadikan dan menyelamatkan kita agar kita mengenal dan menikmati Dia selamanya. Adakah yang kita perlukan lagi, selain daripada Allah yang begitu rindu—dan cemburu—untuk membahagiakan kita? —Mart DeHaan
Bapa, tolong aku menjauhkan apa saja yang
mengalihkanku dari-Mu, agar aku dapat selalu menikmati Engkau dan juga
rencana-Mu bagiku.
Allah mengasihi setiap pribadi seolah-olah hanya kita sendirilah yang dikasihi oleh-Nya. —St. Agustinus
No comments:
Post a Comment