Bertahun-tahun lalu, saat mengikuti pelatihan untuk memberikan pertolongan di dalam air, kepada kami diajarkan cara menolong orang yang sedang tenggelam tetapi melawan saat hendak diselamatkan. “Dekati orang tersebut dari belakang,” kata si pelatih itu kepada kami. “Lingkarkan salah satu lenganmu menyilang di dada dan tangannya yang sedang meronta-ronta, lalu berenanglah menuju ke tempat yang aman. Jika kamu mendekatinya dari depan, orang yang sedang panik itu mungkin akan meraihmu dan menarik kalian berdua ke bawah air.“ Kepanikan dan rasa takut bisa melumpuhkan daya pikir dan kemampuan orang untuk bertindak dengan bijaksana.
Ketika dua malaikat yang diutus Allah datang untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya dari kehancuran yang akan terjadi atas kota Sodom dan Gomora (Kej. 19:12-13), mereka juga menghadapi perlawanan. Dua calon menantu Lot berpikir bahwa peringatan itu hanyalah sebuah lelucon (ay.14). Sewaktu dua malaikat tersebut mendesak Lot untuk segera pergi, ia ragu-ragu (ay.15). Pada titik yang kritis itu, kedua malaikat itu memegang “tangan [Lot], tangan isteri dan tangan kedua anaknya” dan menuntun mereka hingga ke luar kota dengan selamat karena Allah mengasihani mereka (ay.16).
Saat menengok kembali perjalanan iman kita bersama Kristus, kita dapat menyaksikan kesetiaan Allah dalam mengatasi keraguan dan perlawanan kita sendiri. Ketika kita menghadapi seseorang yang memberikan perlawanan dalam keputusasaan rohani dan ketakutan mereka, kiranya kita memiliki hikmat Allah untuk menunjukkan kasih-Nya kepada mereka—dan kepada setiap orang yang masih enggan diselamatkan oleh-Nya. —David McCasland
Bapa, saat melihat isi hatiku, aku tahu telah
melawan-Mu dan aku kadang enggan untuk datang kepada-Mu. Terima kasih
untuk belas kasihan-Mu. Tolonglah aku agar bisa membagikan tentang
diri-Mu kepada orang lain.
Belas kasihan Allah dapat mengatasi perlawanan kita.
No comments:
Post a Comment