Manakala saya dan suami mengawasi latihan piano putra kami, kami biasa memulainya dengan meminta Allah supaya menolong kami. Kami berdoa terlebih dahulu karena kami berdua sama sekali tidak bisa memainkan piano. Kami bertiga sama-sama belajar untuk memahami serba-serbi dalam musik, seperti arti istilah “staccato” dan “legato” dan waktu yang tepat untuk memainkan bilah-bilah hitam pada piano.
Doa menjadi prioritas ketika kita menyadari bahwa kita memerlukan pertolongan Allah. Daud membutuhkan pertolongan Allah dalam suatu situasi yang berbahaya ketika ia mempertimbangkan untuk bertempur melawan orang Filistin di Kehila. Sebelum mulai bertempur, “bertanyalah Daud kepada TUHAN: ‘Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?’” (1Sam. 23:2). Allah memberikan persetujuan-Nya. Namun anak buah Daud mengakui bahwa kekuatan musuh telah membuat mereka gentar. Sekali lagi, sebelum mengangkat pedang melawan orang Filistin, Daud berdoa. Allah menjanjikan kemenangan yang kemudian memang diraihnya (ay.4).
Apakah doa menjadi penuntun hidup kita ataukah justru menjadi pilihan terakhir ketika kesulitan menerpa? Kita pun kadang terbiasa untuk membuat rencana terlebih dahulu, baru kemudian meminta Allah untuk memberkati rencana itu, atau berdoa hanya pada saat kita telah putus asa. Allah memang ingin kita datang kepada-Nya di saat-saat kita membutuhkan pertolongan, tetapi Dia juga ingin kita mengingat bahwa kita memerlukan-Nya setiap saat (Ams. 3:5-6). —Jennifer Benson Schuldt
Ya Allah, pimpinlah aku dalam menjalani hidup ini.
Tolong aku untuk tidak bertindak menurut hikmatku sendiri, tetapi
kiranya aku mencari kehendak-Mu dalam setiap situasi yang kuhadapi.
Allah ingin kita berdoa sebelum melakukan apa pun. —Oswald Chambers
No comments:
Post a Comment