Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! —Mazmur 3:2
Seorang teman memberi saya segelas penuh air dan menyuruh saya untuk memegang gelas itu. Semakin lama saya pegang, semakin berat rasanya. Akhirnya, tangan saya pun kelelahan, dan saya harus meletakkan gelas tersebut. “Aku belajar bahwa rasa khawatir sama seperti memegang gelas yang penuh itu,” katanya. “Semakin lama aku mengkhawatirkan sesuatu, semakin ketakutanku menjadi beban yang memberatkan.”
Raja Daud tahu betul apa artinya takut. Seluruh hidupnya kini menjadi kacau balau. Anaknya, Absalom, telah berhasil merebut hati dan kesetiaan bangsa Israel darinya dan sedang berusaha menduduki takhta kerajaan. Raja Daud tidak tahu lagi siapa yang masih setia kepada dirinya dan siapa yang hendak melawannya. Satu-satunya pilihan yang dimilikinya hanyalah melarikan diri. Daud berkata kepada para pegawainya, “Pergilah dengan segera, supaya [Absalom] jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita” (2Sam. 15:14).
Dalam sebuah mazmur yang mungkin ditulis Daud pada saat hendak menyelamatkan diri, ia berkata: “Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus” (Mzm. 3:5). Di tengah ketakutan yang melandanya, Daud mencari Tuhan. Allah menunjukkan anugerah-Nya dan mengembalikan Daud ke takhtanya.
Ada banyak kekhawatiran yang dapat membebani kita. Namun pada saat kita menyerahkan semua kekhawatiran tersebut ke dalam tangan Allah, Dia akan menolong kita untuk mengatasi segala ujian yang kita hadapi. —AMC
Terima kasih, Tuhan, karena kami tidak perlu terbebani
oleh kekhawatiran. Tolong kami untuk menyerahkan
segala kekhawatiran kami ke dalam tangan-Mu,
supaya kami tidak takut akan hari esok.
oleh kekhawatiran. Tolong kami untuk menyerahkan
segala kekhawatiran kami ke dalam tangan-Mu,
supaya kami tidak takut akan hari esok.
Kekhawatiran adalah beban yang tidak pernah diberikan Allah untuk kita tanggung.
No comments:
Post a Comment