Tadi pagi matahari terbit dengan indahnya, tetapi saya terlalu sibuk untuk menikmatinya. Saya tidak mengindahkannya dan sibuk dengan hal-hal lain. Saya terpikir tentang pemandangan indah itu beberapa saat yang lalu, dan saya pun sadar telah kehilangan kesempatan untuk memuji Allah pagi ini.
Di tengah hari-hari yang sibuk dan penuh dengan tekanan, masih ada berkas-berkas keindahan di sekitar kita yang memancarkan kebaikan Allah di sana-sini. Semua ini bagaikan cahaya surgawi yang menerobos masuk ke tengah alam semesta—ketika kita mau menyediakan waktu untuk berdiam sejenak dan merenungkan kasih-Nya atas kita.
Entah apa yang terjadi apabila Musa hanya melirik pada semak duri yang menyala “tetapi tidak dimakan api” itu (Kel. 3:2)? Entah apa yang terjadi apabila ia mengabaikannya dan dengan segera memilih untuk melakukan hal lain? (Tentu saja ia harus menjaga domba-dombanya dan melakukan tugas-tugas penting lainnya). Bisa jadi, ia akan kehilangan kesempatan luar biasa untuk bertemu dengan Allah yang hidup—peristiwa yang mengubah seluruh hidupnya (ay.4-12).
Adakalanya dalam hidup kita harus melakukan sesuatu dengan cepat. Namun secara keseluruhan, hidup haruslah dijalani dengan tidak terburu-buru dan lebih peka pada keadaan yang ada. Hiduplah dengan menjalani masa kini. Hiduplah dengan penuh kesadaran; dan lihatlah pancaran kasih Allah yang menerobos masuk dalam hidup kita. Hiduplah dengan memperhatikan keajaiban yang sedang terjadi, seperti peristiwa terbitnya mentari. Peristiwa itu mungkin bersifat sementara, tetapi itu melambangkan keabadian yang sedang menanti kita. —DHR
Bukakan mataku Tuhan,
‘Tuk lihat kebenaran-Mu
B’ri padaku kunci ajaib,
‘Tuk lepaskan belengguku. —Scott
(Kidung Puji-Pujian Kristen, No. 294)
‘Tuk lihat kebenaran-Mu
B’ri padaku kunci ajaib,
‘Tuk lepaskan belengguku. —Scott
(Kidung Puji-Pujian Kristen, No. 294)
Bukakan mataku Tuhan untuk melihat kebenaran-Mu.
No comments:
Post a Comment