Sesuatu yang agak tidak biasa terjadi. Hari itu, tiga kali saya mendengar sebuah lagu yang sama. Siang harinya, saya menghadiri kebaktian puji-pujian di sebuah panti wreda. Dalam doanya di akhir kebersamaan kami, Willie, salah seorang wanita penghuni panti, berkata, “Mari kita nyanyikan, ‘Yesus Sayang Padaku’.” Malam harinya, saya menghadiri pertemuan dengan kaum muda yang juga menyanyikan lagu itu dengan ketukan irama dari tangan dan kaki mereka. Kemudian di penghujung malam itu, saya menerima pesan di telepon yang berisi rekaman suara cucu keponakan saya yang berumur 2½ tahun. Dengan suara lembut nan merdu ia bernyanyi, “Walau ‘ku kecil, lemah, aku ini milik-Nya.” Baik yang berusia 90-an tahun, anak-anak muda, maupun seorang balita sama-sama menyanyikan lagu tersebut hari itu.
Setelah mendengarkan lagu sederhana itu tiga kali, saya mulai berpikir bahwa Tuhan mungkin hendak mengatakan sesuatu kepada saya. Sebenarnya, Dia telah menyatakannya sejak dahulu kala: “Aku mengasihimu.” Kita membaca di Yohanes 19 bahwa Dia membiarkan orang-orang untuk menaruh mahkota duri di kepala-Nya, mengolok-olok-Nya, memukul-Nya, menelanjangi-Nya, dan menyalibkan-Nya (ay.1-6). Dia punya kuasa untuk menghentikan mereka, tetapi Dia tidak banyak berkata-kata (ay.11). Dia melakukan semuanya itu karena kasih-Nya demi menebus kita dari dosa dan menyelamatkan kita dari penghakiman.
Seberapa besar kasih Allah kepada kita? Yesus merentangkan tangan-Nya dan dipaku di kayu salib. Dia mati untuk kita, dan bangkit kembali. Itulah bukti kasih-Nya bagi siapa saja, tua atau muda. —AMC
Yesus sayang padaku;
Alkitab mengajarku.
Walau ‘ku kecil, lemah,
Aku ini milik-Nya. —Warner
(Kidung Jemaat, No. 184)
Alkitab mengajarku.
Walau ‘ku kecil, lemah,
Aku ini milik-Nya. —Warner
(Kidung Jemaat, No. 184)
Ukuran sejati dari kasih Allah adalah Dia mengasihi dengan kasih yang tak terukur! —Bernard dari Clairvaux
No comments:
Post a Comment