Adakah perubahan pada iman seseorang setelah pencobaan berat menimpa? Saya memikirkan hal ini ketika membaca kisah tragis tentang seorang ayah di Jamaika yang tanpa sengaja menembak dan membunuh putrinya yang berusia 18 tahun saat berusaha melindungi keluarganya dari para penjahat.
Siaran berita melaporkan bahwa sang ayah pergi ke gereja (seperti yang biasa dilakukannya) pada keesokan harinya—masih dalam keadaan terguncang, tetapi tetap mencari pertolongan Allah. Iman kepada Allah telah menuntun langkahnya sebelum peristiwa itu, dan ia tahu bahwa Allah akan menopangnya setelah kejadian tersebut.
Saya memikirkan hal ini dan kaitannya dengan hidup saya sendiri—kami sama-sama pernah kehilangan seorang remaja putri. Untuk menilik bagaimana saya memandang soal hidup dan iman sebelum kematian Melissa, saya menelusuri arsip dalam komputer saya dan membaca artikel terakhir yang saya tulis sebelum kami kehilangan Melissa pada bulan Juni 2002. Apakah yang saya katakan saat itu sesuai dengan yang saya ketahui sekarang? Apakah pencobaan berat mengubah pandangan saya tentang iman kepada Allah? Pada Mei 2002, saya menulis: “Daud tidak takut bersikap terus terang kepada Allah dan mencurahkan isi hatinya kepada-Nya. . . . Kita tidak perlu takut mencurahkan isi hati kita kepada Allah.”
Sebelum mengalami masa-masa sulit, saya datang kepada Allah dan Dia mendengarkan saya. Setelah masa-masa sulit itu, saya mendapati Allah masih mendengarkan, menghibur, dan menopang saya. Jadi saya terus berdoa dalam iman. Iman kita tetap utuh dan diperkuat karena Dia tetap Allah, sebelum dan setelah semua itu terjadi. —JDB
Allah masih duduk di takhta-Nya,
Dia tak pernah tinggalkan umat-Nya;
Janji-Nya benar, Dia takkan lupakanmu,
Allah masih duduk di takhta-Nya. —Suffield
Dia tak pernah tinggalkan umat-Nya;
Janji-Nya benar, Dia takkan lupakanmu,
Allah masih duduk di takhta-Nya. —Suffield
Pengertian tentang Allah menguatkan kita untuk percaya kepada-Nya dalam segala hal yang tak kita mengerti.
No comments:
Post a Comment