6:3 “Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku!
6:4 Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.
6:5 Umat-Ku, baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab, dan apa yang dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilan dari TUHAN.”
6:6 “Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?
6:7 Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?”
6:8 “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu? —Mikha 6:8
Pertolongan Dari Roh-Nya
Banyak dari kita yang berjanji kepada diri kita sendiri dalam menandai awal dari tahun yang baru. Kita bertekad untuk semakin rajin menabung, rajin berolahraga, atau mengurangi waktu yang dihabiskan di dunia maya. Kita memulai tahun yang baru dengan niat baik, tetapi tidak lama kemudian kebiasaan lama mulai menggoda kita untuk kembali kepada kehidupan yang lama. Awalnya kita tergelincir dan sesekali jatuh pada kebiasaan lama itu, tetapi lama-kelamaan kita semakin sering melakukannya, hingga tidak ada waktu di mana kita tidak melakukannya. Pada akhirnya, seolah-olah tekad kita di awal tahun itu tidak pernah ada.
Daripada mencari-cari sendiri sasaran bagi pengembangan diri kita, lebih baik kita bertanya pada diri sendiri: “Apa yang Tuhan inginkan dariku?” Melalui Nabi Mikha, Allah sudah menyatakan bahwa Dia ingin kita berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan-Nya (Mik. 6:8). Semua hal ini berkaitan dengan pemulihan jiwa dan bukan sekadar suatu pengembangan diri.
Syukurlah, kita tidak harus bersandar pada kekuatan kita sendiri. Roh Kudus memiliki kuasa untuk menolong kita bertumbuh dalam iman sebagai orang percaya. Firman Allah berkata, Allah sanggup “menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu” (Ef. 3:16).
Jadi seiring kita mulai melangkah di tahun yang baru, marilah kita menetapkan hati menjadi semakin serupa dengan Kristus. Roh Kudus akan menolong kita pada saat kita sungguh-sungguh berusaha untuk hidup dengan rendah hati di hadapan Allah. —JBS
Roh Kebenaran, berdiamlah di dalamku;
Agar aku sendiri melakukan kebenaran-Mu;
Dan dengan hikmat-Mu yang jelas dan lembut
Terpancarlah hidup-Mu di dalamku. —Lynch
Agar aku sendiri melakukan kebenaran-Mu;
Dan dengan hikmat-Mu yang jelas dan lembut
Terpancarlah hidup-Mu di dalamku. —Lynch
Seseorang telah memperoleh kemenangan apabila ia memiliki Roh Kudus sebagai sumber kekuatannya.
No comments:
Post a Comment