Sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa. —Lukas 2:30-31
Ketika Matteo Ricci pergi ke China pada abad ke-16, ia membawa beberapa karya seni Kristen untuk membantunya menyampaikan pesan tentang iman Kristen kepada orang-orang yang belum pernah mendengarnya. Tidak menjadi masalah bagi mereka ketika melihat gambar Maria yang menggendong bayi Yesus. Namun saat Ricci memperlihatkan lukisan tentang penyaliban dan berusaha menerangkan bahwa Anak Allah yang tadinya bayi itu telah datang untuk dihukum mati, para pendengarnya tiba-tiba berubah sikap menjadi jijik dan takut. Mereka tidak siap untuk menyembah Allah yang disalibkan.
Ketika melihat-lihat gambaran pada kartu-kartu Natal yang pernah saya terima, saya pikir kita juga melakukan hal yang sama. Dalam perayaan dan perenungan yang kita lakukan di masa Natal, mungkin saja kita tidak terpikir bagaimana kisah yang dimulai di Betlehem itu akan berujung di Kalvari.
Dalam kisah Natal yang dicatat oleh Lukas, hanya satu orang, yakni Simeon yang sudah sangat tua, yang tampaknya memahami rahasia dari apa yang sedang dikerjakan Allah. “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan,” kata Simeon kepada Maria. Ia lalu bernubuat bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Maria sendiri (2:34-35).
Sekalipun kelihatannya tidak banyak hal yang berubah—Herodes masih berkuasa, tentara Romawi masih menduduki tanah Israel—Simeon tahu betul bahwa di balik semua itu, segala sesuatu telah berubah. Janji Allah bagi penebusan umat-Nya telah digenapi. —PDY
Ia dibawa ke bukit Kalvari,
Ia dipaku di kayu salib;
Ia menanggung sengsara dan nista,
‘Ku ditebus dari dosa keji. —Chapman
(Nyanyikanlah Kidung Baru, No. 70)
Ia dipaku di kayu salib;
Ia menanggung sengsara dan nista,
‘Ku ditebus dari dosa keji. —Chapman
(Nyanyikanlah Kidung Baru, No. 70)
Merenungkan palungan tanpa memikirkan salib-Nya akan mengurangi makna sejati dari kelahiran Kristus.
No comments:
Post a Comment