Friday, March 29, 2013
Waktu Itu Hari Sudah Malam
Baca: Yohanes 13:21-30
Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. —Yohanes 13:30
Dalam suatu perjalanan bisnis ke Philadelphia, saya menghadiri kebaktian malam pada hari Kamis sebelum Paskah— suatu kebaktian Perjamuan dan Tenebrae (kegelapan) yang diadakan di kapel kecil dengan diterangi cahaya lilin. Setelah roti dan cawan anggur dibagikan, sebuah bagian Alkitab dibacakan dari Injil Yohanes, satu lilin dipadamkan dan kami menyanyikan satu bait dari himne tentang perjalanan Yesus menuju salib. Ritual ini diulang 14 kali hingga kapel itu gelap seluruhnya. Dalam keheningan, kami berlutut dengan sikap doa, lalu seorang demi seorang beranjak dari tempatnya tanpa berbicara.
Kegelapan dalam kebaktian seperti ini dapat mengingatkan kita tentang unsur kegelapan yang melingkupi kematian Yesus. Bayangkanlah suasana perjamuan terakhir- Nya bersama para murid (Yoh. 13:21-30) ketika Dia mengatakan bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianati-Nya. Hanya Yesus yang tahu bahwa Yudaslah orangnya. “Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam” (ay.30).
Di malam tergelap dari kehidupan Yesus, Dia bergumul dalam doa di Taman Getsemani, ditangkap meski tidak bersalah, dipermalukan di hadapan para pemuka agama, dan terluka oleh penyangkalan Petrus. Meski demikian, Dia tetap setia melangkah ke kayu salib tempat Dia akan menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus dosa-dosa kita.
Yesus menanggung kegelapan dan kematian demi memberi kita terang dan kehidupan. Pujilah Dia untuk semua yang telah dijalani-Nya bagi kita! —DCM
Berpadu kasih dan sedih
Mengalir dari luka-Mu;
Mahkota duri yang pedih
Menjadi keagungan-Mu. —Wattsv
(Kidung Jemaat, No. 169)
Salib Kalvari menyingkapkan betapa kejinya dosa kita dan betapa luasnya kasih Allah.
Labels:
kerelaan,
pengorbanan Yesus
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment