Bacaan: Mazmur 142
"...tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6)
Setelah bertahun-tahun lamanya menjadi orang percaya, saya masih saja tetap tidak sepenuhnya memahami doa. Doa merupakan suatu misteri bagi saya. Namun satu hal yang saya ketahui dengan pasti: Ketika kita sedang dalam kebutuhan yang mendesak, doa tiba-tiba keluar secara alami dari bibir kita dan dari lubuk hati kita yang terdalam.
Saat kita merasa sangat ketakutan, saat kita didesak melampaui batas kekuatan kita, saat kita ditarik keluar dari zona nyaman kita, saat keberadaan diri kita menghadapi tantangan dan bahaya, secara refleks dan tanpa sadar kita mengucapkan doa. "Tolong aku, ya Tuhan!" adalah seruan yang wajar kita ucapkan.
Penulis Eugene Peterson menulis: "Bahasa doa ditempa dalam suatu wadah peleburan berupa kesusahan. Saat kita tidak berdaya untuk menolong diri sendiri dan meminta pertolongan, saat kita tak betah dengan keadaan yang ada dan ingin keluar, saat kita tidak menyukai diri kita dan ingin berubah, kita menggunakan bahasa kita yang paling dasar, dan bahasa ini menjadi akar dari bahasa doa."
Doa bermula dalam kesulitan, dan terus berlanjut karena kita selalu menemui kesulitan kapan dan di mana saja. Doa tidak membutuhkan persiapan khusus, tidak mementingkan ketepatan kosa kata, dan tidak tergantung pada sikap tubuh tertentu. Doa muncul dari dalam diri saat kita diperhadapkan pada suatu kebutuhan, dan seiring dengan waktu, doa menjadi tanggapan yang biasa terhadap setiap hal - baik dan buruk - yang kita hadapi dalam hidup ini (Filipi 4:6). Sungguh merupakan hak istimewa untuk dapat membawa segala hal dalam doa kepada Allah!
Pertolongan Allah hanya sejauh doa.
"...tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6)
Setelah bertahun-tahun lamanya menjadi orang percaya, saya masih saja tetap tidak sepenuhnya memahami doa. Doa merupakan suatu misteri bagi saya. Namun satu hal yang saya ketahui dengan pasti: Ketika kita sedang dalam kebutuhan yang mendesak, doa tiba-tiba keluar secara alami dari bibir kita dan dari lubuk hati kita yang terdalam.
Saat kita merasa sangat ketakutan, saat kita didesak melampaui batas kekuatan kita, saat kita ditarik keluar dari zona nyaman kita, saat keberadaan diri kita menghadapi tantangan dan bahaya, secara refleks dan tanpa sadar kita mengucapkan doa. "Tolong aku, ya Tuhan!" adalah seruan yang wajar kita ucapkan.
Penulis Eugene Peterson menulis: "Bahasa doa ditempa dalam suatu wadah peleburan berupa kesusahan. Saat kita tidak berdaya untuk menolong diri sendiri dan meminta pertolongan, saat kita tak betah dengan keadaan yang ada dan ingin keluar, saat kita tidak menyukai diri kita dan ingin berubah, kita menggunakan bahasa kita yang paling dasar, dan bahasa ini menjadi akar dari bahasa doa."
Doa bermula dalam kesulitan, dan terus berlanjut karena kita selalu menemui kesulitan kapan dan di mana saja. Doa tidak membutuhkan persiapan khusus, tidak mementingkan ketepatan kosa kata, dan tidak tergantung pada sikap tubuh tertentu. Doa muncul dari dalam diri saat kita diperhadapkan pada suatu kebutuhan, dan seiring dengan waktu, doa menjadi tanggapan yang biasa terhadap setiap hal - baik dan buruk - yang kita hadapi dalam hidup ini (Filipi 4:6). Sungguh merupakan hak istimewa untuk dapat membawa segala hal dalam doa kepada Allah!
Yesus Kawan yang sejati bagi kita yang lemah. Tiap hal boleh dibawa dalam doa padaNya.
Pertolongan Allah hanya sejauh doa.
Dikutip dari "Santapan Rohani - RBC Indonesia" edisi 15 Februari 2013.
Tuhan Yesus memberkati!
No comments:
Post a Comment